MELAYU SAMBAS
(KALIMANTAN BARAT)
KEBUDAYAAN
Tugas
soft skill kedua tentang kebudayaan
DOSEN :
SRI WULANDARI
DISUSUN OLEH :
NAMA : KANIA SAPRIANI
KELAS :
1IA03
NPM : 53415653
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
.........................................................
i
BAB I. PENDAHULUAN
................................... 1
1.1. Latar belakang
(Penghantar) ...........
1
1.2. Tujuan
................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN .....................................
2
2.1. Sejarah/Asal Usul .............................. 2
BAB III. Tradisi Suku
.......................................... 3
3.1.
Tradisi Suku .................................... 3-5
BAB IV. Kesimpulan
............................................ 6
3.1. Kesimpulan ........................................ 6
DAFTAR GAMBAR
............................................ 7
DAFRTAR PUSTAKA
........................................ 8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang (Penghantar)
Suku Sambas (Melayu Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius
Muslim yang berbudaya melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar
wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota
Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten Pontianak- Kalimantan
Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas,
tetapi nama tersebut sudah jarang digunakan oleh masyarakat setempat.
Suku Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku
Dayak. Khususnya, dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku
Dayak : Dayak Meratus/Bukit
(alias Banjar arkhais), Dayak
Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk
Banjar, Berau, Kedayan (Brunei),
Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu.
Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam
suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta
Paser (rumpun Barito Raya).
Awalnya Sambas bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan
nama Kerajaan yang berada tepat di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas
Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau yang lebih dikenal dengan Muara Ulakan.
Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara
Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ),
Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya.
Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang
pemisah antara keluarga besar ini. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani,
hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan.
Adat-istiadat lama Suku Melayu Sambas banyak kesamaan dengan adat-istiadat Suku
Dayak rumpun Melayik misalnya; tumpang 1000, tepung tawar, dan lainnya yang
bernuansa Hindu.
Secara administratif, Suku Sambas
merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari
penduduk Kalimantan Barat,
sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku
Melayu pada sensus 1930. Sehubungan dengan hal tersebut
kemungkinan "Dialek Melayu Sambas" meningkat statusnya dari sebuah
dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.
Perubahan Suku Sambas secara drastis setelah masuk Islam, hampir
menghapus jejak asal muasalnya yaitu Suku asli yang mendiami pulau Kalimantan. Sulitnya
data semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku
Sambas. Oleh karena itulah Suku Sambas diklasifikasikan ke dalam suku Dayak
berbudaya Melayu.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini,
bertujuan untuk mengenal lebih banyak budaya, sejarah atau asal usul, tradisi, dan
juga kita akan lebih mengenal tentang adat istiadat Suku Melayu Sambas
(kalimantan barat) tersebut .
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah atau
Asal Usul Suku Sambas
Menurut Kern (Collins 2006: 14)
menyatakan bahwa migrasi Melayu purba ke Nusantara berasal dari Champa,
Chocin-Cina (Indonesia),Kamboja dan sekitarnya terus ke Semenanjung
Melayu dan menyebar ke kawasan lain di Nusantara ini. Namun, teori itu telah
usang. Terhadap teori itu Peter Bellwood (Collins 2006; 19), seorang ahli
arkeologi Australia menyatakan :
“the old idea, so often repeated in popular works today, that the Austonesian
migrated from the Asian mainland through the Malay Peninsula or Vietnam is
absolutely wrong.”
Suku Sambas (Melayu
Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu,
berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayah Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota
Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten Pontianak- Kalimantan
Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas,
tetapi nama tersebut sudah jarang digunakan oleh masyarakat setempat. Suku
Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku
Dayak. Khususnya, dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku
Dayak : Dayak Meratus/Bukit
(alias Banjar arkhais), Dayak
Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk
Banjar, Berau, Kedayan (Brunei),
Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu.
Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam
suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara)
serta Paser (rumpun Barito Raya).
Pada masa Kerajaan (Kesultanan
Sambas) masyarakat Melayu Sambas juga terkenal sangat Agamis (Islam) yang paling
terkemuka di Kalimantan Barat sehingga sempat disebut sebagai "Serambi
Makkah" Kalimantan Barat. Masa kerajaan Kesultanan Sambas adalah sebuah
Kerajaan Maritim (Pesisir) yang sempat menjadi Kerajaan terbesar di wilayah
Borneo Barat (Kalimantan Barat) selama sekitar 100 tahun (dari awal tahun
1700-an hingga awal tahun 1800-an).
Sambas pra Islam memiliki dari dua
sisi, Pertama; Sambas dari sisi Budaya dan Kedua Sambas dari sisi Bahasa.
Pertama dari sisi bahasa,Suku Sambas
dari sisi bahasa merupakan rumpun terdekat dari Bahasa Banyuke (Dayak Kanayatn
atau rumpun bahasa Selako). Bahasa Sambas memiliki dialeg tersendiri setelah
turun temurun beradaptasi dengan lingkungan dan peradaban. Sebelum menjadi
Melayu tentu Sambas pra Melayu adalah juga Dayak atau turunan dari Dayak. Tetapi,
wilayah Sambas berada sangat dekat dengan wilayah Dayak Kanayatn (Selako) atau
Dayak berbahasa Bangahe dan Bangape bahkan wilayah tersebut tanpa batas sungai
atau laut.
Kedua dari sisi Budaya, Sambas pra
Islam memiliki budaya perladangan dan pertanian dengan peralatan pertanian dan
gaya hidup budaya yang sama bahkan setelah memeluk Islampun budaya perladangan
dan pertaniannyapun tidak berubah, bahkan peralatan pertaniannya serta gaya
budayanyapun sama. Artinya Suku Sambas berasal dan berawal dari satu rumpun
yang sama sebagai orang Dayak Kalimantan yang pada periode tertentu telah
memeluk agama Islam dan mendirikan suatu pemerintahan berbentuk kerajaan yang
kemudian disebut sebagai Kerajaan Sambas.
Penyebarannya agama islam pada suku sambas melalui Sungai Mempawah dan
Sungai Sambas, Sungai Selakau dan banyak anak sungai lainnya. Namun penyebaran
Islam tidak sampai ke pedalaman sehingga banyak penduduk di bagian paling dalam
tidak tersentuh misi Islam tetapi sebaliknya tersentuh oleh misi Kristen
Katolik dan Kristen Protestan. Artinya pengaruh Islam telah masuk namun
tanggung.
BAB III
TRADISI SUKU
3.1. Tradisi Suku
Adat istiadat
atau tradisi suku Melayu Sambas adalah sebagai berkut :
Sistem Kepercayaan/Religi
Perbedaan dalam sistem religi antara
masyarakat suku Melayu Kalimantan Barat dengan masyarakat suku Jawa. Misalnya,
di dalam keyakinan dan kepercayaan pada masyarakat suku Jawa, dimana keyakinan
mereka sedikit banyak dipengaruhi oleh agama yang timbul dan dianut masyarakat
Jawa tersebut. Selain itu mereka juga mempunyai aliran kepercayaan lain yang
sangat dipatuhi dan tetap mereka laksanakan, dan aliran kepercayaan itu
merupakan hasil saringan ajaran agama resmi seperti agama Islam, Hindu, Budha
dan agama Nasrani. Sedangkan pada masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat
pada khususnya kepercayaan mereka sepenuhnya berawal dari agama Islam dan
aliran kepercayaan seperti itupun tidak kita jumpai pada suku Melayu ini karena
mereka taat dalam menjalankan syariat agama Islam dan mereka berpegang teguh
pada ajaran agama tersebut.
Sistem Kekerabatan
Dalam suku Melayu Sambas sistem
kekerabatan, dibagi tiga unsur yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Adapun
istilah yang digunakan oleh masyarakat Melayu adalah:
A. Mertua, yaitu panggilan untuk menyebut orang tua suami atau istri.
B. Besan, yaitu panggilan orang tua dari pihak laki-laki menyebut orang tua
pihak istri anaknya atau dengan menantunya dengan sebutan besan dan demikian
sebaliknya.
C. Ipar, yaitu panggilan untuk saudara kandung dari suami atau istri.
D. Biras, yaitu panggilan untuk suami atau istri dari ipar.
E. Ayah, yaitu panggilan anak-anak terhadap orang tua laki-laki.
F. Umak, yaitu panggilan anak-anak terhadap orang tua perempuan.
G. Nek Aki, yaitu panggilan terhadap orang tua laki-laki ayah atau ibu.
H. Nek Wan, yaitu pangglan terhadap orang tua perempuan ayah atau ibu.
I. Pak Tuak, yaitu panggilan untuk saudara laki-laki ayah atau ibu.
J. Mak Tuak, yaitu panggilan untuk saudara perempuan ayah atau ibu.
Adat Istiadat Perrnikahan
Suku Melayu Sambas juga
mempunyai larangan dalam pernikahan antara dua orang yaitu :
a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas.
b) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,
antara seorang dengan saudara orang tua dan seorang dengan saudara neneknya
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu / bapak tiri
d) Berhubungan susunan, yaitu orang tua susunan, anak susunan, saudara susunan
dan paman / bibi susunan
e) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
istri, jika seorang suami memiliki istri lebih dari satu.
f) Mempunyai hubungan yamg di dalam agama Islam antar peraturan lain yang
berlaku, dilarang melakukan perkawinan.
Dalam
masyarakat Melayu, banyak tradisi atau adat istiadat yang harus dipenuhi
sebelum dan sesudah perkawinan, antara lain sebagai berikut :
A)
Cikram
Cikram merupakan tanda ikatan
pertunangan antara dua insan, dan jika sudah ada gadis pilihan, maka di utus
orang-orang yang dituakan atau orang-orang tua untuk datang ke pihak orang tua
perempuan pilihannya tersebut. barang-barang yang perlu dibawa dalam acara
cikram, antara lain: sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau, dalam satu
ceper atau talam, sedangkan sehelai sarung, selendang, sabun dan bedak sebagai
bahan pengiring.
B)
Aktar Pinang
Aktar pinang merupakan salah
satu adat istiadat dalam perkawinan yang harus dilaksanakan. Apabila hari dan
waktu dari pelaksanaan antar pinang telah disepakati atau ditetapkan, maka
barang-barang yang akan diantarkan lebih banyak dari cikram dan menurut adat
istiadat yang berlaku, sirih pinanglah yang lebih diutamakan.
C)
Pelaksanaan Perkawinan
Tarup adalah tempat duduk untuk undangan,
sedangkan emper-emper tempat sajian makanan. Tarup ini dihiasi dengan “Gladak”
yang lukisannya berwarna-warni. Gladak adalah dekorasi untuk tarup dimana
bahannya dari kain yang telah disiapkan, tujuan dipasangnya gladak adalah
supaya para undangan tidak merasa bosan.
D)
Pulang Memulangkan
Pulang memulangkan dalam adat
istiadat Suku Sambas adalah acaranya adalah dimana wakil dari pengantin
laki-laki menyerahkan kepada wakil pengantin perempuan dan menurut adat yang
telah ditentukan, wakil pihak pengantin laki-laki menyerahkan anaknya kepada
pengantin perempuan itu tersendiri. Berikutnya wakil dari pengantin perempuan
menerima penyerahan tersebut.
e)
Buang-Buang
Acara buang-buang ini adalah
sebagai peringatan bagi pengantin baru untuk membersihkan diri dan membuang
kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
f)
Balik Tikar
Hari keempat setelah acara
perkawinan adalah dilaksanakannya adat yang disebut sebagai adat balik tikar.
Tikar diranjang dibalikkan dan demikian dengan kasurnya. Kelambu yang dihiasi
dengan berbagai dekorasi dibuang dan diganti dengan kelambu yang baru. Biasanya,
dua hari dua malam berada dirumah orang tua laki-laki dan berkunjung kerumah keluarga
terdekat pengantin baru pulang kerumah orang tua perempuan Adat istiadat ini
masih ada dan perlu dilestarikan demi kelestarian budaya yang terdapat di
dalamnya.
Sistem
Kesenian
Dalam masyarakat suku Melayu
Kalimantan Barat, banyak terdapat berbagai jenis kesenian. Oleh karena suku
Melayu banyak yang memeluk agama islam, sehingga banyak yang dipengaruhi agama
islam. Kesenian tersebut terdiri dari seni sastra, seni rupa, seni pertunjukan
dan seni musik.
1.
Seni Sastra
Seni sastra dari suku Melayu
Kalimantan Barat ini berupa Nazam, Berzanji, dan sebagainya.
a)
Zikir Nazam
Nazam merupakan kesenian yang
bernafaskan islam. Nazam merupakan pembacaan Berzanji dengan dilakukan dan
terdapat pengurangan kata-kata dalam syairnya apabila jumlah baris kelebihan
dan ada penambahan jumlah baris apabila kekurangan. Yang penting jumlah baris
dalam setiap bait harus ada empat belas.
b)
Berzanji
Berzanji juga merupakan kesenian
yang bernafaskan islam. Kesenian ini berupa pembacaan syair-syair dari kitab
Al-berzanji yang ditulis dalam bahasa Arab. Kitab ini berisikan sejarah
lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari pembacaan Berzanji ini adalah
mengagungkan nama Allah dan Rasul-Nya, Muhammad SAW.
2.
Seni Rupa
Seni rupa pada masyarakat suku Melayu Kalimantan Barat ini berkembang sejak
masuknya pengaruh agama islam. Agama islam mempunyai pengaruh yang sangat kuat
terhadap perkembangan seni rupa. Bentuk seni rupa yang dihasilkan seperti seni
arsitektur, seni kerajinan,seni ukir (kaligrafi) dan lain-lain.
3.
Seni Pertunjukan
Pada umumnya perkembangan seni tari Melayu di Kalimantan Barat berkembang
dengan baik. Tari Jepin merupakan tarian rakyat Melayu pesisir pantai yang
masih ada, tarian ini bernafaskan islam. Jumlah penarinya minimal dua orang. Selain
tari Jepin, ada juga tarian lain yang terkenal. Khususnya tarian yang berasal
dari Kabupaten Sambas, seperti Tari Tandak Sambas dan Tari Radat.
4.
Seni Musik
Pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat seni musik tradisional yang terkenal
adalah seni musik tanjidor dan tahar. Seni musik tanjidor ini sampai sekarang
masih dipergunakan dalam acara perkawinan. Peralatan musik tanjidor ini terdiri
dari terompet yang beranekaragam ukuran, drum, rebana dan lain sebagainya. Tahar
merupakan sekelompok orang yang memainkan peralatan kesenian yang memainkan
rebana.Biasanya tahar terdiri dari enam sampai sepuluh orang dengan membawaka
lagu yang bernafaskan islam, dan orang yang membawakan tahar ini biasanya
berteriak menyanyikan syair yang memuji keagungan dan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.Selain dalam pesta perkawinan, baik tanjidor maupun tahar dapat dipakai
juga untuk upacara khitanan, khataman Qur’an dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mengenal budaya dari suku lain
bukanlah hal yang sulit, karena setiap suku dan setiap budaya diindonesia ini
memiliki tradisi dan keunikan tersendiri dalam melaksanakan adat istiadatnya.
Contohnya, Suku Melayu Sambas (Kalimantan Barat), memiliki cara tersendiri
dalam melakukan tradisi dan adat istiadatnya, seperti :
1.
Sistem
kekerabatan dimana dalam pembagian warisan, anak laki-laki memperoleh
bagian yang lebih banyak dari anak perempuan. Dan istilah yang digunakan Suku
Melayu Sambas yaitu Mertua, Besan, Ipar, Biras, Ayah, Umak, Nek Aki, Nek Wan,
Pak Tuak, Mak Tuak.
2.
Adat
istiadat pernikahan/perkawinan yang harus dipenuhi sesudah dan sebelum
perkawinan yaitu Cikram, Aktar Pinang, Pelaksannan Perkawinan, Pulang Memulang,
Buang Buang, Balik Tikar
3.
Sistem
kesenian yang terdiri dari Seni Sastra(Zikir Nazam dan Berjanji), Seni Rupa,
Seni Pertunjukan, Seni Musik.
Itulah adat istiadat yang dilakukan
oleh Suku Melayu Sambas. Yang juga dimiliki oleh setiap Budaya dan Suku di
Indonesia ini.
DAFTAR GAMBAR
Rumah Raja Suku Melayu Sambas
Budaya Pernikahan Suku Melayu Sambas
Adat
Suku Melayu Sambas
Makanan Khas Suku Melayu Sambas
DAFTAR PUSTAKA










