Minggu, 17 Januari 2016

MELAYU SAMBAS
(KALIMANTAN BARAT)
KEBUDAYAAN
Tugas soft skill kedua tentang kebudayaan


  
DOSEN :
SRI WULANDARI


DISUSUN OLEH :
NAMA           : KANIA SAPRIANI
KELAS          : 1IA03
NPM               : 53415653

TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................... i
BAB I.  PENDAHULUAN ................................... 1
1.1. Latar belakang (Penghantar) ........... 1
1.2. Tujuan ................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ..................................... 2
2.1. Sejarah/Asal Usul .............................. 2
BAB III. Tradisi Suku .......................................... 3
            3.1. Tradisi Suku .................................... 3-5
BAB IV. Kesimpulan ............................................ 6
3.1. Kesimpulan ........................................ 6
DAFTAR GAMBAR ............................................ 7
DAFRTAR PUSTAKA ........................................ 8




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang (Penghantar)

           Suku Sambas (Melayu Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayah Kabupaten SambasKabupaten BengkayangKota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten PontianakKalimantan Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas, tetapi nama tersebut sudah jarang digunakan oleh masyarakat setempat.
          Suku Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak. Khususnya, dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta Paser (rumpun Barito Raya).
           Awalnya Sambas bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan yang berada tepat di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau yang lebih dikenal dengan Muara Ulakan. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya.
            Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Adat-istiadat lama Suku Melayu Sambas banyak kesamaan dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun Melayik misalnya; tumpang 1000, tepung tawar, dan lainnya yang bernuansa Hindu.
            Secara administratif, Suku Sambas merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari penduduk Kalimantan Barat, sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku Melayu pada sensus 1930. Sehubungan dengan hal tersebut kemungkinan "Dialek Melayu Sambas" meningkat statusnya dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.
             Perubahan Suku Sambas secara drastis setelah masuk Islam, hampir menghapus jejak asal muasalnya yaitu Suku asli yang mendiami pulau Kalimantan. Sulitnya data semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku Sambas. Oleh karena itulah Suku Sambas diklasifikasikan ke dalam suku Dayak berbudaya Melayu.

1.2    Tujuan
          Tujuan dalam pembuatan makalah ini, bertujuan untuk mengenal lebih banyak budaya, sejarah atau asal usul, tradisi, dan juga kita akan lebih mengenal tentang adat istiadat Suku Melayu Sambas (kalimantan barat) tersebut .


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah atau Asal Usul Suku Sambas
        Menurut Kern (Collins 2006: 14) menyatakan bahwa  migrasi Melayu purba ke Nusantara berasal dari Champa, Chocin-Cina (Indonesia),Kamboja dan sekitarnya  terus ke Semenanjung Melayu dan menyebar ke kawasan lain di Nusantara ini. Namun, teori itu telah usang. Terhadap teori itu Peter Bellwood (Collins 2006; 19), seorang ahli arkeologi Australia menyatakan :

        “the old idea, so often repeated in popular works today, that the Austonesian migrated from the Asian mainland through the Malay Peninsula or Vietnam is absolutely wrong.”

        Suku Sambas (Melayu Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayah Kabupaten SambasKabupaten BengkayangKota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten PontianakKalimantan Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas, tetapi nama tersebut sudah jarang digunakan oleh masyarakat setempat. Suku Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak. Khususnya, dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta Paser (rumpun Barito Raya).
            Pada masa Kerajaan (Kesultanan Sambas) masyarakat Melayu Sambas juga terkenal sangat Agamis (Islam) yang paling terkemuka di Kalimantan Barat sehingga sempat disebut sebagai "Serambi Makkah" Kalimantan Barat. Masa kerajaan Kesultanan Sambas adalah sebuah Kerajaan Maritim (Pesisir) yang sempat menjadi Kerajaan terbesar di wilayah Borneo Barat (Kalimantan Barat) selama sekitar 100 tahun (dari awal tahun 1700-an hingga awal tahun 1800-an).
           Sambas pra Islam memiliki dari dua sisi, Pertama; Sambas dari sisi Budaya dan Kedua Sambas dari sisi Bahasa.
           Pertama dari sisi bahasa,Suku Sambas dari sisi bahasa merupakan rumpun terdekat dari Bahasa Banyuke (Dayak Kanayatn atau rumpun bahasa Selako). Bahasa Sambas memiliki dialeg tersendiri setelah turun temurun beradaptasi dengan lingkungan dan peradaban. Sebelum menjadi Melayu tentu Sambas pra Melayu adalah juga Dayak atau turunan dari Dayak. Tetapi, wilayah Sambas berada sangat dekat dengan wilayah Dayak Kanayatn (Selako) atau Dayak berbahasa Bangahe dan Bangape bahkan wilayah tersebut tanpa batas sungai atau laut.
           Kedua dari sisi Budaya, Sambas pra Islam memiliki budaya perladangan dan pertanian dengan peralatan pertanian dan gaya hidup budaya yang sama bahkan setelah memeluk Islampun budaya perladangan dan pertaniannyapun tidak berubah, bahkan peralatan pertaniannya serta gaya budayanyapun sama. Artinya Suku Sambas berasal dan berawal dari satu rumpun yang sama sebagai orang Dayak Kalimantan yang pada periode tertentu telah memeluk agama Islam dan mendirikan suatu pemerintahan berbentuk kerajaan yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Sambas.
           Penyebarannya agama islam pada suku sambas melalui Sungai Mempawah dan Sungai Sambas, Sungai Selakau dan banyak anak sungai lainnya. Namun penyebaran Islam tidak sampai ke pedalaman sehingga banyak penduduk di bagian paling dalam tidak tersentuh misi Islam tetapi sebaliknya tersentuh oleh misi Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Artinya pengaruh Islam telah masuk namun tanggung.

BAB III
TRADISI SUKU

3.1. Tradisi Suku
        Adat istiadat atau tradisi suku Melayu Sambas adalah sebagai berkut :

Sistem  Kepercayaan/Religi
          Perbedaan dalam sistem religi antara masyarakat suku Melayu Kalimantan Barat dengan masyarakat suku Jawa. Misalnya, di dalam keyakinan dan kepercayaan pada masyarakat suku Jawa, dimana keyakinan mereka sedikit banyak dipengaruhi oleh agama yang timbul dan dianut masyarakat Jawa tersebut. Selain itu mereka juga mempunyai aliran kepercayaan lain yang sangat dipatuhi dan tetap mereka laksanakan, dan aliran kepercayaan itu merupakan hasil saringan ajaran agama resmi seperti agama Islam, Hindu, Budha dan agama Nasrani. Sedangkan pada masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat pada khususnya kepercayaan mereka sepenuhnya berawal dari agama Islam dan aliran kepercayaan seperti itupun tidak kita jumpai pada suku Melayu ini karena mereka taat dalam menjalankan syariat agama Islam dan mereka berpegang teguh pada ajaran agama tersebut.


Sistem  Kekerabatan

         Dalam suku Melayu Sambas sistem kekerabatan, dibagi tiga unsur yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Adapun istilah yang digunakan oleh masyarakat Melayu adalah:



A. Mertua, yaitu panggilan untuk menyebut orang tua suami atau istri.
B. Besan, yaitu panggilan orang tua dari pihak laki-laki menyebut orang tua pihak istri anaknya atau dengan menantunya dengan sebutan besan dan demikian sebaliknya.
C. Ipar, yaitu panggilan untuk saudara kandung dari suami atau istri.
D. Biras, yaitu panggilan untuk suami atau istri dari ipar.
E. Ayah, yaitu panggilan anak-anak terhadap orang tua laki-laki.
F. Umak, yaitu panggilan anak-anak terhadap orang tua perempuan.
G. Nek Aki, yaitu panggilan terhadap orang tua laki-laki ayah atau ibu.
H. Nek Wan, yaitu pangglan terhadap orang tua perempuan ayah atau ibu.
I. Pak Tuak, yaitu panggilan untuk saudara laki-laki ayah atau ibu.
J. Mak Tuak, yaitu panggilan untuk saudara perempuan ayah atau ibu.


Adat Istiadat Perrnikahan

           Suku Melayu Sambas juga mempunyai larangan dalam pernikahan antara dua orang yaitu :



a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas.
b) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan seorang dengan saudara neneknya
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu / bapak tiri
d) Berhubungan susunan, yaitu orang tua susunan, anak susunan, saudara susunan dan paman / bibi susunan
e) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, jika seorang suami memiliki istri lebih dari satu.
f) Mempunyai hubungan yamg di dalam agama Islam antar peraturan lain yang berlaku, dilarang melakukan perkawinan.


          Dalam masyarakat Melayu, banyak tradisi atau adat istiadat yang harus dipenuhi sebelum dan sesudah perkawinan, antara lain sebagai berikut :
A) Cikram

          Cikram merupakan tanda ikatan pertunangan antara dua insan, dan jika sudah ada gadis pilihan, maka di utus orang-orang yang dituakan atau orang-orang tua untuk datang ke pihak orang tua perempuan pilihannya tersebut. barang-barang yang perlu dibawa dalam acara cikram, antara lain: sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau, dalam satu ceper atau talam, sedangkan sehelai sarung, selendang, sabun dan bedak sebagai bahan pengiring.


B) Aktar Pinang

            Aktar pinang merupakan salah satu adat istiadat dalam perkawinan yang harus dilaksanakan. Apabila hari dan waktu dari pelaksanaan antar pinang telah disepakati atau ditetapkan, maka barang-barang yang akan diantarkan lebih banyak dari cikram dan menurut adat istiadat yang berlaku, sirih pinanglah yang lebih diutamakan.


C) Pelaksanaan Perkawinan

           Tarup adalah tempat duduk untuk undangan, sedangkan emper-emper tempat sajian makanan. Tarup ini dihiasi dengan “Gladak” yang lukisannya berwarna-warni. Gladak adalah dekorasi untuk tarup dimana bahannya dari kain yang telah disiapkan, tujuan dipasangnya gladak adalah supaya para undangan tidak merasa bosan.


D) Pulang Memulangkan

         Pulang memulangkan dalam adat istiadat Suku Sambas adalah acaranya adalah dimana wakil dari pengantin laki-laki menyerahkan kepada wakil pengantin perempuan dan menurut adat yang telah ditentukan, wakil pihak pengantin laki-laki menyerahkan anaknya kepada pengantin perempuan itu tersendiri. Berikutnya wakil dari pengantin perempuan menerima penyerahan tersebut.


e) Buang-Buang

          Acara buang-buang ini adalah sebagai peringatan bagi pengantin baru untuk membersihkan diri dan membuang kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.


f) Balik Tikar

          Hari keempat setelah acara perkawinan adalah dilaksanakannya adat yang disebut sebagai adat balik tikar. Tikar diranjang dibalikkan dan demikian dengan kasurnya. Kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan diganti dengan kelambu yang baru. Biasanya, dua hari dua malam berada dirumah orang tua laki-laki dan berkunjung kerumah keluarga terdekat pengantin baru pulang kerumah orang tua perempuan Adat istiadat ini masih ada dan perlu dilestarikan demi kelestarian budaya yang terdapat di dalamnya.


Sistem Kesenian

         Dalam masyarakat suku Melayu Kalimantan Barat, banyak terdapat berbagai jenis kesenian. Oleh karena suku Melayu banyak yang memeluk agama islam, sehingga banyak yang dipengaruhi agama islam. Kesenian tersebut terdiri dari seni sastra, seni rupa, seni pertunjukan dan seni musik.

1. Seni Sastra

        Seni sastra dari suku Melayu Kalimantan Barat ini berupa Nazam, Berzanji, dan sebagainya.


a) Zikir Nazam

        Nazam merupakan kesenian yang bernafaskan islam. Nazam merupakan pembacaan Berzanji dengan dilakukan dan terdapat pengurangan kata-kata dalam syairnya apabila jumlah baris kelebihan dan ada penambahan jumlah baris apabila kekurangan. Yang penting jumlah baris dalam setiap bait harus ada empat belas.


b) Berzanji

         Berzanji juga merupakan kesenian yang bernafaskan islam. Kesenian ini berupa pembacaan syair-syair dari kitab Al-berzanji yang ditulis dalam bahasa Arab. Kitab ini berisikan sejarah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari pembacaan Berzanji ini adalah mengagungkan nama Allah dan Rasul-Nya, Muhammad SAW.


2. Seni Rupa

Seni rupa pada masyarakat suku Melayu Kalimantan Barat ini berkembang sejak masuknya pengaruh agama islam. Agama islam mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan seni rupa. Bentuk seni rupa yang dihasilkan seperti seni arsitektur, seni kerajinan,seni ukir (kaligrafi) dan lain-lain.


3. Seni Pertunjukan

Pada umumnya perkembangan seni tari Melayu di Kalimantan Barat berkembang dengan baik. Tari Jepin merupakan tarian rakyat Melayu pesisir pantai yang masih ada, tarian ini bernafaskan islam. Jumlah penarinya minimal dua orang. Selain tari Jepin, ada juga tarian lain yang terkenal. Khususnya tarian yang berasal dari Kabupaten Sambas, seperti Tari Tandak Sambas dan Tari Radat.


4. Seni Musik

Pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat seni musik tradisional yang terkenal adalah seni musik tanjidor dan tahar. Seni musik tanjidor ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam acara perkawinan. Peralatan musik tanjidor ini terdiri dari terompet yang beranekaragam ukuran, drum, rebana dan lain sebagainya. Tahar merupakan sekelompok orang yang memainkan peralatan kesenian yang memainkan rebana.Biasanya tahar terdiri dari enam sampai sepuluh orang dengan membawaka lagu yang bernafaskan islam, dan orang yang membawakan tahar ini biasanya berteriak menyanyikan syair yang memuji keagungan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.Selain dalam pesta perkawinan, baik tanjidor maupun tahar dapat dipakai juga untuk upacara khitanan, khataman Qur’an dan lain-lain.


  
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
            Mengenal budaya dari suku lain bukanlah hal yang sulit, karena setiap suku dan setiap budaya diindonesia ini memiliki tradisi dan keunikan tersendiri dalam melaksanakan adat istiadatnya. Contohnya, Suku Melayu Sambas (Kalimantan Barat), memiliki cara tersendiri dalam melakukan tradisi dan adat istiadatnya, seperti :
1.      Sistem kekerabatan dimana dalam pembagian warisan, anak laki-laki memperoleh bagian yang lebih banyak dari anak perempuan. Dan istilah yang digunakan Suku Melayu Sambas yaitu Mertua, Besan, Ipar, Biras, Ayah, Umak, Nek Aki, Nek Wan, Pak Tuak, Mak Tuak.
2.      Adat istiadat pernikahan/perkawinan yang harus dipenuhi sesudah dan sebelum perkawinan yaitu Cikram, Aktar Pinang, Pelaksannan Perkawinan, Pulang Memulang, Buang Buang, Balik Tikar
3.      Sistem kesenian yang terdiri dari Seni Sastra(Zikir Nazam dan Berjanji), Seni Rupa, Seni Pertunjukan, Seni Musik.

        Itulah adat istiadat yang dilakukan oleh Suku Melayu Sambas. Yang juga dimiliki oleh setiap Budaya dan Suku di Indonesia ini.


  

DAFTAR GAMBAR
 



      Rumah Raja Suku Melayu Sambas           


Budaya Pernikahan Suku Melayu Sambas

 

          
                         Adat Suku Melayu Sambas            
             

 Makanan Khas Suku Melayu Sambas




DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar